BAB
I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Produksi adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untuk menambah nilai guna suatu barang dan dapat
pula diartikan sebagai upaya untuk mengubah input menjadi output. Produsen
adalah mereka yang melakukan produksi.
Kegiatan produksi menjamin kelangsungan hidup masyarakat.oleh
karena itu harus dilakukan dalam keadaan apa pun baik oleh pemerintah maupun
swasta. Namun produksi tidak mungkin bisa berjalan bila tidak ada bahan yang
memungkinkan untuk dilakukan proses produksi itu sendiri. Untuk melakukan
proses produksi memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber daya alam, modal ,
serta keahlian. Yang semuanya itu biasa disebut faktor produksi.
Teori perilaku
produsen memiliki banyak analogi dengan teori prilaku konsumen, Misalnya, bila
konsumen mengalokasikan dananya untuk konsumsi, produsen mengalokasikan dananya
untuk penggunaan faktor produksi. Karena itu bila keseimbangan produsen
tercapai pada saat seluruh anggaran habis terpakai untuk membeli faktor
produksi.
Dalam
mengonsumsi barang berlaku the law of diminishing marginal utility (LDMU),
sedangkan dalam penggunaan faktor
produksi berlaku The law diminishing return (LDR). Produsen memiliki
pengetahuan yang lengkap atas faktor produksi yang dibelinya. Akhirnya , bila
konsumen berupaya mencapai kepuasan maksimun , maka produsen berupaya mencapai
tingkat produksi maksimun. Pemahaman ini mengenai prilaku konsumen akan
memudahkan pemahaman mengenai perilaku produsen.
BAB
II
TEORI
PRODUKSI
A. FAKTOR PRODUKSI
|
Kegiatan produksi tentunya memerlukan
unsur-unsur yang dapat digunakan dalam proses produksi yang disebut faktor
produksi. Faktor produksi yang bisa digunakan dalam proses produksi terdiri
atas sumberdaya alam, tenaga kerja mansuia, modal dan kewirausahaan.
|
||||||||||||||||||
A.Sumberdaya
Alam
|
|||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||
|
Sumberdaya alam adalah segala
sesuatu yang disediakan oleh alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk
memenuhi kebutuhannya. Sumberdaya alam di sini meliputi segala sesuatu yang
ada di dalam bumi, seperti:
- Tanah, tumbuhan, hewan. - Udara, sinar matahari, hujan. - Bahan tambang, dan lain sebagainya. |
||||||||||||||||||
|
Faktor produksi sumberdaya alam
merupakan faktor produksi asli karena telah tersedia di alam langsung.
|
||||||||||||||||||
|
Coba Anda lihat di sekitar
lingkungan tempat tinggalmu, faktor-faktor produksi sumberdaya alam apa saja
yang ada, dan dapat digunakan untuk produksi apa!
|
||||||||||||||||||
B.Sumberdaya Manusia (Tenaga Kerja
Manusia)
|
|||||||||||||||||||
|
Tenaga kerja manusia adalah
segala kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa maupun faedah suatu
barang.
|
||||||||||||||||||
|
Tenaga kerja manusia dapat
diklasifikasikan menurut tingkatannya (kualitasnya) yang terbagi atas:
|
||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||
|
Dari klasifikasi tenaga kerja di
atas, coba Anda klasifikasi tenaga kerja yang mana paling banyak di daerah
Anda.
|
||||||||||||||||||
C. Sumberdaya Modal
|
|||||||||||||||||||
|
Modal menurut pengertian
ekonomi adalah barang atau hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan
produk lebih lanjut. Misalkan orang membuat jala untuk mencari ikan. Dalam
hal ini jala merupakan barang modal, karena jala merupakan hasil produksi
yang digunakan untuk menghasilkan produk lain (ikan). Di dalam proses
produksi, modal dapat berupa peralatan-peralatan dan bahan-bahan.
|
||||||||||||||||||
|
Modal dapat dibedakan menurut:
|
||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||
D. Sumberdaya Pengusaha
|
|||||||||||||||||||
|
Sumberdaya ini disebut juga
kewirausahaan. Pengusaha berperan mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor
produksi dalam rangka meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif
dan efisien.
|
||||||||||||||||||
|
Pengusaha berkaitan dengan
managemen. Sebagai pemicu proses produksi, pengusaha perlu memiliki kemampuan
yang dapat diandalkan. Untuk mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor
produksi, pengusaha harus mempunyai kemampuan merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan usaha.
|
B. DIMENSI JANGKA PENDEK DAN JANGKA
PANJANG
Yang dimaksud dengan teori produksi adalah teori yang
menjelaskan hubungan antara tingkat produksi dengan jumlah faktor-faktor
produksi dan hasil penjualan outputnya.
Di dalam menganalisis teori produksi, kita mengenal 2 hal:
Di dalam menganalisis teori produksi, kita mengenal 2 hal:
- produksi jangka pendek, yaitu bila sebagian faktor produksi jumlahnya tetap dan yang lainnya berubah (misalnya jumlah modal tetap, sedangkan tenaga kerja berubah).
- produksi jangka panjang, yaitu semua faktor produksi dapat berubah dan ditambah sesuai kebutuhan.
Faktor produksi tetgap adalah faktor produksi yang jumlah
penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada atau tidak ada
produksi , faktor produksi ini harus ada dan tetap tersedia. Mesin-mesin pabrik
adalah salah satu contoh . sampai pada interval produksi tertentu jumlah mesin
tidak perluh ditambah. Tetapi jika tingkat produksi menurun sampai nol unit,
jumlah mesin tidak bisa dikurangi.
Jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada
tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi
variabel yang digunakan. Begitu juga sebaliknya. Buruh harian lepas di pabrik
rokok adalah contohnya. Jika perusahaan ingin meningkatkan produksi, maka
jumlah buruh hariannya ditambah. Sebaliknya jika ingin mengurangi produksi,
buruh harian dapat dikurangi.
Pengertian faktor produksi tetap dan faktor produksi
variable terkait erat dengan waktu yang dibutuhkan untuk menambah atau
mengurangi faktor produksi tersebut. Mesin dikatakan sebagai faktor produksi
tetap karena dalam jangka pendek (kurang dari setahun) susah untuk ditambah
atau dikurangi . sebaliknya buruh dikatakan faktor produksi variable karena
jumlah kebutuhannya dapat disediakan dalam waktu kurang dari satu tahun.
Dalam jangka panjang (long run) dan sangat panjang (very
long run) semua faktor produksi sifatnya variabel. Perusahaan dapat menambah
atau mengurangi kapasitas produksi dengan menambah atau mengurangi mesin
produksi. Dalam konteks manajemen, jangka panjang dan jangka sangat panjang
berkaitan dengan ukuran waktu kronologis. Misalnya ada kualifikasi yang
menyatakan bahwa jangka panjang berkisar antara 5-25 tahun . jangka sangat
panjang bila waktunya lebih dari 25 tahun.
Teori produksi tidak mendefinisikan jangka pendek dan jangka
panjang secara kronologis. Periode jangka pendek adalah periode produksi di
mana perusahaan tidak mampu dengan segera melakukan penyesuaian jumlah
penggunaan salah satu atau beberapa faktor produksi. Periode jangka panjang
adalah periode produksi dimana semua faktor produksi menjadi faktor produksi
variable.
Tenggang waktu jangka pendek setiap perusahaan berbeda-beda
tergantung jenis usahanya. Perusahaan yang memproduksi barang-barang modal,
periode jangka pendeknya barangkali lima tahun. Sebab perusahaan membutuhkan
waktu minimal lima tahun untuk menambah kapasitas produksi dengan menambah
mesin. Perusahaan yang bergerak di industri pengolahan, periode jangka
pendeknya lebih singkat. Perusahaan yang mengolah makanan kalengan, periode
jangka pendeknya lebih singkat. Perusahaan yang mengolah makanan kalengan,
periode jangka pendeknya barangkali hanya dua atau tiga tahun.
Adakah perusahaan yang jangka pendeknya kurang dari satu
tahun ? ada, misalnya restoran, misalnya restoran kelas menengah ke bawah yang
faktor produksi tetapnya adalah rumah dan peralatan masak/makan. Mereka mampu
menyesuaikan kapasitas produksi dalam tempo kurang dari satu tahun. Bahkan
pedagang bakso keliling yang faktor produksinya tetap hanya berupa gerobak
dorong, mangkok dan kompor, periode jangka pendeknya hanya sebulan.
C. MODEL PRODUKSI DENGAN SATU FAKTOR PRODUKSI VARIABLE
Sebenarnya sangat jarang bahkan tidak ada proses produksi yang hanya menggunakan satu faktor produksi variabel. Pengertian produksi dengan satu faktor produksi variabel adalah pengertian analisis jangka pendek, dimana ada faktor produksi yang tidak dapat diubah. Ketika mencoba memahami proses alokasi faktor produksi oleh perusahaan, ekonom membagi faktor produksi menjadi barang modal (capital) dan tenaga kerja (labour). Hubungan matematis penggunaan faktor produksi yang menghasilkan output maksimun disebut fungsi produksi.
Q = f (K,L)
Dimana :
Q : Tingkat Output
K : Barang Modal
L : Tenaga kerja / buruh
Dalam model produksi satu faktor produksi variabel, barang modal dianggap faktor produksi tetap. Keputusan produksi ditentuan berdasarkan alokasi efisiensi tenaga kerja.
Produksi Total, Produksi Rata-rata dan Produksi Marginal
Produksi Total
TP : f (K, L)
Dimana :
TP : Produksi Total
K : Barang Modal (yang
dianggap konstan)
L : Tenaga kerja /
buruh
Secara
matematis TP akan maksimun apabila turunan pertama dari fungsi nilainya sama
dengan nol. Turunan pertama TP adalah MP , maka TP maksimun pada saat MP sama
dengan Nol.
Produksi
Rata-rata
* produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja.
AP : produksi rata-rata
TP :
produksi total
L : tenaga kerja
Produksi
Marginal
* tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan.
MP : produksi marginal
DTP : pertambahan produksi total
DL
: pertambahan tenaga kerja
Tahapan Produksi
-
Tahap
I : Penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi total maupun produksi
rata-rata. Karena itu hasil yang diperoleh dari tenaga kerja masih jauh lebih
besar dari tambahan upah yang harus dibayarkan. Perusahaan rugi jika berhenti
produksi pada tahap ini (slope kurva TP meningkat tajam)
-
Tahap
II : karena berlakunya LDR, baik produksi marjinal maupun produksi rata-rata
mengalami penurunan, namun demikioan nilai keduanya masih positif . Penambahan
tenaga kerja akan tetap menambah produksi total sampai mencapai nilai maksimun
(slope kurva TP daftar sejajar dengan sumbu horizontal).
-
Tahap
III : perusahaan tidak mungkin melanjutkan produksi karena penambahan tenaga
kerja justru menurunkan produksi total. Perusahaan akan mengalami kerugian
(slope kurva TP negatif)
Dengan demikian perusahaan sebaiknya berproduksi ditahap II.
Yang menjadi pertanyaan adalah dititik mana perusahaan berhenti menambah tenaga
kerja ? secara matematis perusahaan akan berhenti menambah tenaga kerja pada
saat tambahan biaya (marginal cost) yang harus dibayar adalah sama dengan
tambahan pendapatan (marginal revenue) yang diterima. Jika tambahan biaya masih
lebih kecil dari tambahan pendapatan, perusahaan akan menambah tenaga kerja.
Begitu sebaliknya. Tambahan biaya dalam hal ini adalah upah (wage) tenaga
kerja. Tyambahan pendapatan adalah produksi marjinal dikalikan harga jual
barang. Jika upah , dinotasikan sebagai W, sedangkan harga jual barang
dinotasikan P, maka alokasi tenaga kerja ( faktor produksi) dianggap efisien
bila :
W : MP (P)
D.
MODEL PRODUKSI DENGAN DUA FAKTOR PRODUKSI VARIABEL
Dalam bagian ini kita melonggarkan
asumsi adanya faktor produksi tetap. Baik barang modal maupun tenaga kerja
sekarang bersifat variabel. Namun yang harus diingat bahwa pelonggaran asumsi
ini masih tetap terlalu menyederhanakan persoalan. Sebab dalam kenyataan faktor
produksi variabel yang digunakan dalam proses produksi lebih dari dua macam.
Dalam studi ekonomi yang lebih lanjut, pembahasan alokasi faktor-faktor
produksi (lebih dari dua macam faktor produksi) secara efisien akan menggunakan
model ekonometrika. Dalam model produksi dua faktor produksi variabel ini,
analisis cukup menggunakan penjelasan grafis dan matematika sederhana.
A.Isokuan ( isoquant)
isokuan adalah
kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor
produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi tertentu, yang
menghasilkan tingkat produksi yang sama. Kenapa
bentuk kurva Isoquant cekung?
Kurva Isoquant digambarkan berbentuk
cekung, bukan garis lurus, karena kombinasi input yang digunakan (kapital &
tenaga kerja) tidak bisa menggantikan satu sama lainnya dengan sempurna. Dengan
kata lain, perbandingan penggantian input tidak 1:1 (1 nilai kapital diganti
dengan 1 nilai tenaga kerja). Karena itu, garis kurva berbentuk cekung untuk
menggambarkan bahwa perubahan salah satu input diikuti dengan perubahan relatif
nilai input yang lain. kurva akan berbentuk garis lurus jika perbandingan input
yang digunakan
tepat 1:1, jika nilai 1 modal dikurangi maka harus ditambah
dengan nilai 1 tenaga kerja.
*
kurva yang menggambarkan gabungan
tenaga kerja dan modal yang akan menghasilkan satu tingkat produksi tertentu.
Gabungan Tenaga Kerja
dan Modal
Untuk menghasilkan 1000 unit produksi
GABUNGAN
|
TENAGA KERJA
|
MODAL
|
TINGKAT
PRODUKSI
|
A
|
1
|
6
|
1000
|
B
|
2
|
3
|
1000
|
C
|
3
|
2
|
1000
|
D
|
6
|
1
|
1000
|
Asumsi-
Asumsi Isokuan
-
Konveksitas
Asumsi bahwa
pembahasan perilaku konsumen, yaitu kurva indiferensi yang menurun dari kiri
atas ke kanan bawah dengan (down ward Sloping). Produsen dapat melakukan
berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi untuk menjaga agar
tingkat produksi tetap. Kesediaan produsen untuk mengorbankan faktor produksi
yang satu demi menambah penggunaan faktor produksi yang lain untuk menjaga
tingkat produksi pada isokuan yang sama disebut Derajat teknik substitusi
faktor produksi atau Marginal Rate Of Technical Substitution (MRTS). MRTS
adalah bilangan yang menunjukkan berapa unit faktor produksi K pada tingkat
produksi yang sama. L adalah tenaga kerja dan K adalah barang modal, maka
MRTSlk adalah beberapa unit tenaga kerja yang harus dikorbankan untuk menambah
1 unit mesin, demi menjaga produksi pada tingkat yang sama. Dasar pertimbangan
substitusi faktor produksi adalah perbandingan rasio produktivitas.
-
Penurunan Nilai MRTS(diminishing Of
MRTS)
Sama hanlnya
dengan konsumen , produsen menganggap makin mahal faktor produksi yang semakin
langka. Itulah sebabnya mengapa nilai MRTSlk makin menurun (hukum LDR) . dalam
kasus tertentu nilai MRTS akan konstal atau nol. MRTS konstan bila kedua faktor
produksi bersifat substitusi sempurna. MTRS nol bila kedua faktor produksi
mempunyai hubungan proporsional tetap
-
Hukum Pertambahan hasil yang semakin
menurun
Dalam ekonomi, hasil yang semakin menurun
( juga disebut sebagai hasil tambahan yang semakin menurun
) merujuk pada bagaimana nilai penambahan produksi dari sebuah factor produksi
mulai mengalami penurunan, saat factor produksi tersebut meningkat, berlawanan
terhadap peningkatan yang seharusnya normal diharapkan. Berdasarkan hubungan
ini, dalam sebuah system produksi dengan input-input tetap dan variabel, (
seperti ukuran pabrik dan jumah tenaga kerja ), setiap tambahan unit
faktor produksi variabel (yaitu, orang-jam) menghasilkan peningkatan yang semakin
mengecil pada output, yang berarti juga mengurangi produktivitas setiap
pekerja. Sebaliknya, memproduksi satu unit output membutuhkan biaya yang
lebih besar (karena jumlah input variabel utama yang digunakan, pengaruhnya
sangat kecil).
Hukum hasil yang semakin
menurun di deskripsikan sebagai salah satu hukum terkenal dalam bidang ekonomi.
Pada kenyataannya, hukum ini berpusat pada teori produksi, salah satu dari dua
bidang utama dalam teori mikro ekonomi neo klasik. Hukum ini menyatakan “Bahwa
kita akan semakin mengalami penurunan ekstra output/hasil saat kita terus
menambahkan satu input produksi, sementara factor produksi yang lain tetap.
Dengan kata lain, tambahan / marginal produksi untuk setiap unit input akan
menurun seiring dengan peningkatan jumlah input tertentu sementara input (
factor produksi ) lain tetap.” Penjelasan ini menjelaskan dengan gamblang
mengapa hukum ini terbukti benar terhadap beberapa masalah.
Hasil yang semakin menurun dan
hasil tambahan yang semakin menurun bukanlah hal yang sama. Hasil tambahan yang
semakin menurun ditunjukkan pada kurva MPL yang menurun.
Output/hasil nya bisa negative ataupun positif. Hasil yang semakin menurun
adalah tenaga kerja tambahan menyebabkan penurunan output/hasil yang berarti
bahwa MPL bernilai negative. Dengan kata lain, perubahan dalam input
tenaga kerja per unit adalah negatif dan menyebabkan total ouput menjadi
menurun.
-
Daerah Produksi yang ekonomis
Batas daerah produksi
ekonomis atau BPE merupakan daerah Tahap II, apabila terjadi diluar batas areal
tersebut maka tidak akan meingkatkan produksi. Dimana perusahaan hanya dapat
melakukan ekspansi di batas BPE saja.
B. Perubahan Output Karena Perubahan skala Penggunaan Produksi (return Scale)
B. Perubahan Output Karena Perubahan skala Penggunaan Produksi (return Scale)
Macam
Return To Scale :
1.
Constant Return To Scale :
apabila faktor produksi
ditambah dengan produksi yang sama maka output akan
bertambah sebesar
proporsi itu juga.
2.
Inscreasing Returna To Scale :
Apabila faktor produksi
diubah dalam proporsi yang sama maka output akan
berubah (dalam arah
yang sama) lebih kecil dari proporsi itu sendiri.
3.
Decreasing Returns To Scale :
Apabila faktor produksi
diubah dalam proporsi yang sama maka output akan
berubah (dalam arah
yang sama) lebih kecil dari proporsi itu sendiri.
C. Perkembangan Teknologi
Kemajuan teknologi memingkinkan
peningkatan efisiensi penggunaan factor produksi
-Tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan penggunaan factor produksi yang lebih sedikit
-Teknologi Padat Modal : barang modal > tenaga kerja
-Teknologi Padat Karya : Tenaga Kerja > Barang modal
-Teknologi Netral : Barang modal = Tenaga kerja
-Tiga tahap teknologi sebelum dapat mempengaruhi efisiensi
a.Invention : riset untuk menemukan teknologi baru untuk proses produksi
b.Inovation : Inovasi melakukan terobosan baru aplikasi dari temuan baru
c.Spread of innovation : penyebaran inovasi agar tingkat penerimaannya mencapai 100%
-Tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan penggunaan factor produksi yang lebih sedikit
-Teknologi Padat Modal : barang modal > tenaga kerja
-Teknologi Padat Karya : Tenaga Kerja > Barang modal
-Teknologi Netral : Barang modal = Tenaga kerja
-Tiga tahap teknologi sebelum dapat mempengaruhi efisiensi
a.Invention : riset untuk menemukan teknologi baru untuk proses produksi
b.Inovation : Inovasi melakukan terobosan baru aplikasi dari temuan baru
c.Spread of innovation : penyebaran inovasi agar tingkat penerimaannya mencapai 100%
D.Kurva Anggaran Produksi (Isocost)
Kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua
macam factor produksi yang memerlukan biaya yang sama.
-I = rK + WL ; I (isocos), r(factor produksi barang modal), W (tenaga kerja)
-Sudut kemiringan kurva isocost adalah rasio harga kedua faktor produksi, Jika yang berubah adalah kemampuan anggaran , isocos bergeser sejajar.
-I = rK + WL ; I (isocos), r(factor produksi barang modal), W (tenaga kerja)
-Sudut kemiringan kurva isocost adalah rasio harga kedua faktor produksi, Jika yang berubah adalah kemampuan anggaran , isocos bergeser sejajar.
E.Keseimbangan Produsen
-Terjadi ketika kurva I
bersinggungan dengan kurva Q
-Keseimbangan berubah karena perubahan kemampuan anggaran maupun factor produksi
-Perubahan Faktor produksi = intereaksi kekuatan efek substitusi dan efek skala produksi
-Faktor produksi Inferior = factor produksi yang penggunaanya justru menurun bila kemampuan anggaran perusahaan meningkat. Contoh tenaga kerja apabila ditingkatkan jumlah penggunaannya berkurang.
-Maksimalisasi Output = dengan anggaran yang sudah ditentukan tercapai output yang maksimum
-Minimalisasi Biaya = target output yang sudah ditetapkan harus dicapai dengan biaya minimum.
-Perusahaan umumnya bertujuan memaksimalkan laba = prinsip efisiensinya maksimalisasi output
-Lembaga berorientasi laba maksimum = menggunakan prinsip minimalisasi biaya u/ efisiensi
-Keseimbangan berubah karena perubahan kemampuan anggaran maupun factor produksi
-Perubahan Faktor produksi = intereaksi kekuatan efek substitusi dan efek skala produksi
-Faktor produksi Inferior = factor produksi yang penggunaanya justru menurun bila kemampuan anggaran perusahaan meningkat. Contoh tenaga kerja apabila ditingkatkan jumlah penggunaannya berkurang.
-Maksimalisasi Output = dengan anggaran yang sudah ditentukan tercapai output yang maksimum
-Minimalisasi Biaya = target output yang sudah ditetapkan harus dicapai dengan biaya minimum.
-Perusahaan umumnya bertujuan memaksimalkan laba = prinsip efisiensinya maksimalisasi output
-Lembaga berorientasi laba maksimum = menggunakan prinsip minimalisasi biaya u/ efisiensi
F.Pola Jalur Ekspansi
Untuk mempertahankan
efisiensi = perusahaan menargetkat output yang dicapai maksimum dengan biaya
minimum
-Dalam jangka panjang perusahaan memiliki fleksibilitas lebih tinggi dalam mengkombinasikan factor produksi. Agar alokasi anggaran lebih efisien
-Garis Isoclin = dimana titik2 keseimbangan tercapai pada tingkat MRTS konstan
-Isoklin merupakan garis expantion path apabila harga factor produksi tidak berubah, berubah karena penambahan tingkar produksi.
-Dalam jangka panjang perusahaan memiliki fleksibilitas lebih tinggi dalam mengkombinasikan factor produksi. Agar alokasi anggaran lebih efisien
-Garis Isoclin = dimana titik2 keseimbangan tercapai pada tingkat MRTS konstan
-Isoklin merupakan garis expantion path apabila harga factor produksi tidak berubah, berubah karena penambahan tingkar produksi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahwa dalam sebuah proses atau kegiatan produksi harus
betul-betul memperhatikan faktor-faktor produksi yang ada. Dan ada
target-target tertentu yang harus dicapai. Faktor-faktor produksi tersebut
haruslah berada dalam keadaan yang maksimal dan seimbang agar mencapai
efisiensi produksi.
B. SARAN
Semoga aktivitas produksi dapat mencapai titik maksimun dan bisa
berekspansi ke arah yang lebih luas dan semoga pula makalah ini dapat membantu
pihak-pihak yang membutuhkan pencerahan dan informasi seputar teori produksi.
2 komentar:
makasih sob artikel ekonomi'a
kunjungi juga ya
http://ikubarunovryan.blogspot.com/search/label/Ekonomi
makasih
lah itu ko increasing sama diminishing returns scale ko sama sih? kocak.
Posting Komentar